Just A Friend To You [ONESHOOT]
Just A Friend To
You [ONESHOOT]
By : @tifrahita21
*
*
Inspired : Meghan Trainor - Just A Friend To You
Happy Reading
Entah dari kapan awalnya, yang Yoona ingat hanya ia sudah dari dulu
sekali ia berteman dekat dengan pria yang sedang mengulas senyum lebar sambil
berjalan semakin mendekatinya yang duduk di sudut kedai kopi. Siwon memeluk
Yoona, menghadiahi ciuman dimasing-masing pipinya sebelum duduk dihadapannya.
“Sudah lama?” tanya Siwon yang langsung menyesap americano yang sudah
Yoona pesankan sejak tadi. “Jalanan macet, Yoong. Jam sibuk.” Jelas Siwon tanpa
Yoona minta.
Menunggu Siwon yang datang terlambat, sudah menjadi hal maklum bagi
Yoona jadi ia sudah terlalu biasa dengannya.
“Sudah makan siang?” Siwon menggeleng, “Kliennya menyebalkan. Banyak
complaint. Mana sempat makan.”
Siwon memang terbiasa menceritakan apapun yang ia pikirkan atau alami
kepada Yoona. Entah masalah pekerjaan, keluarga bahkan juga dengan urusan
cinta.
Cinta?
Ya, Siwon berkali-kali menceritakan gadis yang dekat dengannya. Entah
dekat yang kemudian berubah status menjadi pacar atau kadang hanya berhenti
hanya sekedar tahap pendekatan. Sebut Yoona bodoh karena ia tetap meladeni
cerita Siwon meski hatinya menjerit kesakitan. Entah sejak kapan, rasa itu
datang. Rasa yaman yang awalnya Yoona anggap sebagai hal lumrah nyatanya
berubah menjadi menyakitkan saat mendengar Siwon bercerita tentang gadis yang
disukainya.
“Hei Yoong! Kenapa diam saja?” tegur Siwon membuyarkan lamunan Yoona.
“Sudah makan?”
“Belum, ayo cari makan.” Ajak Yoona.
Siwon menggenggam Yoona, menggandengnya sampai mereka di retoran tak jauh
dari kedai kopi tadi. Apa menggenggam tangan diusia seperti mereka wajar untuk
ukuran teman? Kadang Yoona sendiri bingun akan interaksi mereka. Namun sekali
lagi ia harus menghela napasnya dengan penuh sabar saat kata ‘ hanya teman’
keluar dari mulut Siwon saat orang lain menanyakan hubungan mereka.
***
Yoona pulang dari kantor majalah tempatnya bekerja diantar Siwon.
Setalah pria itu memaksanya makan malam bersama dengan alasan malas makan di
rumah karena ibunya yang semakin rajin berceramah agar menikah secepatnya.
“Mau mampir dulu?” Siwon melirik jam di lengannya dan menggeleng.
Sudah terlalu larut untu mampir dan tentu saja ia tak enak dengan penghuni
rumah Yoona karena bertamu malam-malam.
“Tidak. Lain kali saja.”
Yoona mengangguk paham dan melepas seat beltnya. Dan lagi Siwon
memberi pelukan singkat dan ciuman di pipi kanan kiri Yoona. Kebiasaan yang
selalu Siwon lakukan saat bertemu atau berpisah darinya. Tak perduli dengan
menerima komplain yang berkali-kali dari Yoona yang memprotes keras kebiasaan
itu. Siwon selalu saja mengulangnya dan mengeluarkan kata ampuhnya ‘kau
temaanku kan? Jadi biarkan aku seperti ini saat menyapamu.’ Padahal Yoona tahu
Siwon tak pernah melakukan hal semacam itu kepada teman lainnya. Yang hanya
berjabat tangan sewajarnya.
“Baru pulang?” pertanyaan dari sang ayah membuat langkah Yoona
terhenti otomatis. Ia menolehkan kepalanya kepada ayahnya yang muncul dari
dapur membawa air minum.
Yoona mengangguk, “iya. Appa sudah makan?”
“Tentu saja sudah, Yoongie-ya. Jam berapa ini?” sindir ssang ayah yang
dibalas kekehan Yoona. “Diantar supir pribadimu?” Yoona mengangguk lagi sambil
tertawa mendengar sindiran sang ayah yang selalu menyebut Siwon sebagai supir
pribadinya.
“Kau ini kapan apa memiliki kekasih kalau menempel terus para Siwon,
hm?”
“Aku tidak menempel padanya,” jawab Yoona tak terima.
“ckck!! Kau ini!” Sang ayah mengacak rambut Yoona. “Kau tahu tidak
sulit untuk menemukan kalian berdua di kota sebesar Seoul ini. Cukup cari salah
satunya saja, karena dimana ada Siwon maka disitu pula ada dirimu begitupun
sebaliknya bukan?”
Yoona yang sudah kebal dengan ucapan berulang yang sama hanya
mendengkus kesal.
“Kau masih ingat bukan istilah yang menyebut tidak ada pria dan wanita
yang berteman kecuali ada salah satunya yang menaruh rasa?” Ayah Yoona
meninggalkan sang putri yang kini diam mematung.
Ucapan pria yang menjadi cinta pertamanya itu memang tidak salah,
karena dalam posisi ini dirinyalah yang menaruh perasaan lebih kepada Siwon.
***
Seminggu ini mereka berdua tidak saling bertemu karena Siwon yang
sedang mengurus proyek pembangunan hotel di Jeju. Yoona juga mulai mengurai
intesitas komunikasinya dengan Siwon. Ia hanya sesekali saja membalas pesan
atau menjawab teleponnya. Semua ia lakukan dengan ia yang sudah mulai memikirkan
jam biologisnya sebagai wanita. Usianya sudah memasuki kepala tiga, ia butuh
seorang kekasih yang mau ia seret ke depan altar dan ia ingin memiliki anak
sebelum jam biologisnya benar-benar habis.
“Kenapa tidak diangkat?” tanya editor ynag menjadi cubicle matenya,
Seo Joo Hyun. “sedang bertengkar dengar kekasihmu?” tanyannya lagi begitu Yoona
hanya diam dan mengangguk bahunya cuek dengan pertanyaan pertamanya.
“Dia hanya temanku.”jawab Yoona tanpa menatap Joo Hyun.
“Ya ya ya. Teman yang selalu makan siang bersama, menjemput pulang dan
mencium pipi. Begitukah?” nada sindiran yang dikeluarkan Joo Hyun tak
ditanggapi Yoona. Selain karena ia sedang sibuk mengedit artikel soal life
style yang dilimpahkan kepadanya tapi juga terlalu malas meladeni sindiran yang
selalu sama dan senada itu.
Tak hanya Joo Hyun dan ayahnya saja, bahkan orang tua Siwon pun selalu
menganggap mereka adalah sepasang kekasih. Sepasang kekasih? Im Yoona hanya
bisa mengamini dalam hati meski dalam bibir ia membantahnya. Pun Siwon yang
selalu membantah keras akan status
menjalin kasih yang disasarkan kepada mereka dan Siwon dengan keras akan
membantahnya, terutama dari gadis-gadis yang Siwon kenalkan pada Yoona sebagai
gadis yang sedang didekatinya.
Bantahan keras yag selalu membuat hati Yoona teriris dan hancur.
Bantahan yang membuat Yoona bertekad untuk move on meski selalu gagal sebelum
niatan itu benar-benar ia lakukan, namun ia yakin idak kali ini. Jam
biologisnya sudah melambai-lambai hampir mengucapkan salam perpisahan dan ia
tidak boleh telat.
***
Tepat dihari ke sembilan Siwon pulang dari Jeju. Bukan rumah apalagi
kantornya yang ia tuju melainkan loby kantor Yoona. Siwon jelas merasa Yoona
menjauhinya terlebih lagi sudah seharian kemarin wanita itu tak menjawab
panggilan maupun pesannya. Siwon
berjalan cepat menghampiri Yoona yang baru saja keluar dari lift.
“Ohh!! Kapan kau pulang?” tanya Yoona kaget. Saat Siwon memeluknya
dengan cepat juga memberikannya ciuman di pipi kanan-kirinya.
Siwon tak menjawab dan justru menarik tangan Yoona untuk mengikutinya
melangkahke mobil. “Mau kemana sebenarnya? Bisa lepaskan tanganku dulu?” Siwon
tak mengidahkan protes Yoona.
“Mau kemana?” tanya Yoona lagi sebitu Siwon duduk di kursi kemudi dan
memasang seat belt untuk dirinya sendiri.
“Kenapa tak menjawab panggilan dan pesanku?” tanya Siwon dengan kesal
setelah mereka duduk di sudut kedai kopi langganan mereka.
“Ponselku rusak. Jatuh di kantor kemarin. Belum sempat diperbaiki.”
Jawab Yoona dengan malas. Ia memang menyukai Siwon, tapi ditarik dan dipaksa
seperti tadi tentu saja a tak terima.
Siwon yang baru mau mengucapkan kekesalnnya langsung mengerutkan ening
begitu mendengar suara dering ponsel yang familiar dari dalam tas Yoona. “Kau
bilang rusak?” sindir Siwon saat Yoona mengambil ponsel yang sebenarnya
baik-baik saja dan menjawab panggilan dari salah satu rekan senior editor di
kantornya yang sejak lama menaruh perhatian lebih padanya. Bukankah lebih baik
bersama orang yang mencintai kita sepenuh hati daripada menggantungkan hidup
bersama orang yang tidak pernah meihat hidup kita? Dan Im Yoona sedang mencoba
menerapkan hal itu sekarang, dengan mencoba menjalin kedekatan dengan
seniornya.
“Aku? Aku sudah pulang dijemput temanku.”
“.....”
“Iya, tentu saja kau boleh menjemputku besok pagi.”
“.......”
“Ya, tentu saja. Jangan lewatkan makan malammu juga. Ya, hati-hati
dijalan.”
“.....”
“Hm, sampai bertemu besok pagi sunbaenim.”
Yoona memasukan lagi ponselnya kedalam tas tangannya.
“siapa?” tanya Siwon dengan kesal. Yoona membohonginya dan kini wanita
dihadapannya menjawab dengan suara lembut yang jarang sekali dikeluarkannya
kecuali ia merengek meminta sesuatu padanya atau pada ayahnya. Dan Siwon tidak
suka mendengar Yoona berbicara seperti itu kepada orang lain. Ia tidak suka!
“Sunbaenim di kantor.” Jawab Yoona masih setengah kesal dengan aksi
pemaksaan Siwon lagi. Ia menyesap coffe latte yang baru diantarkan pelayan ke
meja mereka. Hangat dan manis dari kopi itu membuatnya sedikit relax.
“Pria?”
Yoona mengangguk.
Siwon yang tak suka langsung menyambar tas tangan Yoona mengelurkan ponsel
Yoona. Dan karena sidik jarinya sudah didaftarkan keponsel maka Siwon dengan
mudah bisa membuka kunci ponsel dan melihat riwayat penggilan lalu memblokir
nomor itu sebelum dihapusnya dari kontak telepon Yoona. Yoona yang melihatnya
hanya bisa diam dan mendengus kesal. Bukan sekali saja Siwon bertindak seperti
sekarang, dia juga pernah melakukannya pada teman satu kelas Yoona saat masih
kuliah dulu.
“Aku tidak suka dengannya. Jadi kuhapus,” ucap Siwon cuek. Ia
mengembalikan ponsel Yoona ke tempatnya lagi.
“menyebalkan sekali!!” cibir Yoona kesal. Tapi ia tak perlu cemah toh
ia masih di kantor yang sama dengan sunbaenimnya tak akan sulit untuk meminta
nomornya lagi hanya cukup membuat alasan yang cukup masuk akal saja nanti,
pikir Yoona.
“Jangan berpikir untuk meminta nomornya lagi!” ancam Siwon yang dapat
menebak isi pikiran Yoona dengan tepat. “Aku kusita ponselmu!”
Yoona dengan cepat menjauhkan tas tangannya dari jangkauan Siwon.
“Enak saja!! Inikan ponselku sendiri!”
“Lagipula untuk apa nomornya? Tidak penting sekali!” Yoona mendelik
mendengar nada ketus Siwon. Bagaimana mungkin pria yang sedang ia prospect
sebagai calon kekasihnya disebut tidak penting? Memang dasar ChOI Siwon
menyebalkan!
“Dia sedang pendekatan dengaku!”
“Tidak boleh!” jawab Siwon galak. Bahkan kini tas tangan yang Yoona
lindungi sudah berada di tangan Siwon. Siwon lalu mengeluarkan ponsel Yoona dan
menyimpannya di saku celanannya. “Tidak ada pendekatan -pendekatan seperti itu!
Berhenti membuatku marah, Im Yoona!”
“Aku tak mungkin langsung menyeretnya ke altar tanpa pendekatan
bukan?” Yoona berdecak kesal. “Aku sedang dekat dengannya. Dia baik dan sudah
pegawai tetap. Calon yang bagus untuk dijadikan suami bukan?” tanya Yoona lagi.
“Jadi kembalikan ponselku!”
“Siapa yang mau kau jadikan suami, hah?” Siwon menggebra meja
dihadapannya hingga membuat mata beberapa pengunjung melirik kearahnya.
Begitupun dengan pelayan yang tampak takut-takut hendak menegur kelakuan Siwon
yang bisa saja merusak properti kedai ini yang terbuat dari kayu import. “Kau
tidak boleh menikah dengannya!”
“lalu aku menikah dengan siapa?” teriak Yoona tak kalah kencang dan
penuh emosi.
“Tentu saja dengaku!! Kau hanya boleh menikah dengaku tidak boleh
dengan yang lain! Dan kau hanya boleh mengeluarkan nada manja kepadaku tidak
dengan yang lain!” jawab Siwon dengan suara menandingi Yoona.
Ya, Siwon memang sudah sejak lama menyukai Yoona. Gadis yang
diceritakannya ataupun dibawanya kedepan Yoona sejujurnya hanyalah pancingan
agar Yoona cemburu dan membalas perasaannya. Namun gadis itu justru tanpak
biasa saja dan itu membuat Siwon frustasi. Begitupun dengan pria-pria yang
selama ini mendekati Yoona, ingin rasanya Siwon mematahkan leher mereka karena
berani mendekati gadisnya ini.
“Jadi mau tidak menjadi mempelaiku?” tanya Siwon tanpa menurunkan
intonasi suaranya.
Yoona yang diam karena kaget, hanya mampu mengangguk pelan. Ia belum
seratus persen bisa menerima fakta beserta ajakan menikah yang baru saja
dilontarkan Siwon tadi.
Bagi Siwon Yoona memang just a friend to you seperti
yang sering dilontarkannya. Hanya
saja makna sebenarnya dari kata hanya teman untuknya itu adalah sebagai teman
hidupnya. Teman hidup yang akan menemaninya hingga tua nanti.
END
Kece kali
ya kalau dibikin ff berseri? :)