Thursday, February 1, 2018

Just A Friend To You [ONESHOOT]



Just A Friend To You [ONESHOOT]
By : @tifrahita21
*
*
Inspired : Meghan Trainor - Just A Friend To You

Happy Reading


Entah dari kapan awalnya, yang Yoona ingat hanya ia sudah dari dulu sekali ia berteman dekat dengan pria yang sedang mengulas senyum lebar sambil berjalan semakin mendekatinya yang duduk di sudut kedai kopi. Siwon memeluk Yoona, menghadiahi ciuman dimasing-masing pipinya sebelum duduk dihadapannya.
“Sudah lama?” tanya Siwon yang langsung menyesap americano yang sudah Yoona pesankan sejak tadi. “Jalanan macet, Yoong. Jam sibuk.” Jelas Siwon tanpa Yoona minta.
Menunggu Siwon yang datang terlambat, sudah menjadi hal maklum bagi Yoona jadi ia sudah terlalu biasa dengannya.
“Sudah makan siang?” Siwon menggeleng, “Kliennya menyebalkan. Banyak complaint. Mana sempat makan.”
Siwon memang terbiasa menceritakan apapun yang ia pikirkan atau alami kepada Yoona. Entah masalah pekerjaan, keluarga bahkan juga dengan urusan cinta.
Cinta?
Ya, Siwon berkali-kali menceritakan gadis yang dekat dengannya. Entah dekat yang kemudian berubah status menjadi pacar atau kadang hanya berhenti hanya sekedar tahap pendekatan. Sebut Yoona bodoh karena ia tetap meladeni cerita Siwon meski hatinya menjerit kesakitan. Entah sejak kapan, rasa itu datang. Rasa yaman yang awalnya Yoona anggap sebagai hal lumrah nyatanya berubah menjadi menyakitkan saat mendengar Siwon bercerita tentang gadis yang disukainya.
“Hei Yoong! Kenapa diam saja?” tegur Siwon membuyarkan lamunan Yoona. “Sudah makan?”
“Belum, ayo cari makan.” Ajak Yoona.
Siwon menggenggam Yoona, menggandengnya sampai mereka di retoran tak jauh dari kedai kopi tadi. Apa menggenggam tangan diusia seperti mereka wajar untuk ukuran teman? Kadang Yoona sendiri bingun akan interaksi mereka. Namun sekali lagi ia harus menghela napasnya dengan penuh sabar saat kata ‘ hanya teman’ keluar dari mulut Siwon saat orang lain menanyakan hubungan mereka.
***
Yoona pulang dari kantor majalah tempatnya bekerja diantar Siwon. Setalah pria itu memaksanya makan malam bersama dengan alasan malas makan di rumah karena ibunya yang semakin rajin berceramah agar menikah secepatnya.
“Mau mampir dulu?” Siwon melirik jam di lengannya dan menggeleng. Sudah terlalu larut untu mampir dan tentu saja ia tak enak dengan penghuni rumah Yoona karena bertamu malam-malam.
“Tidak. Lain kali saja.”
Yoona mengangguk paham dan melepas seat beltnya. Dan lagi Siwon memberi pelukan singkat dan ciuman di pipi kanan kiri Yoona. Kebiasaan yang selalu Siwon lakukan saat bertemu atau berpisah darinya. Tak perduli dengan menerima komplain yang berkali-kali dari Yoona yang memprotes keras kebiasaan itu. Siwon selalu saja mengulangnya dan mengeluarkan kata ampuhnya ‘kau temaanku kan? Jadi biarkan aku seperti ini saat menyapamu.’ Padahal Yoona tahu Siwon tak pernah melakukan hal semacam itu kepada teman lainnya. Yang hanya berjabat tangan sewajarnya.
“Baru pulang?” pertanyaan dari sang ayah membuat langkah Yoona terhenti otomatis. Ia menolehkan kepalanya kepada ayahnya yang muncul dari dapur membawa air minum.
Yoona mengangguk, “iya. Appa sudah makan?”
“Tentu saja sudah, Yoongie-ya. Jam berapa ini?” sindir ssang ayah yang dibalas kekehan Yoona. “Diantar supir pribadimu?” Yoona mengangguk lagi sambil tertawa mendengar sindiran sang ayah yang selalu menyebut Siwon sebagai supir pribadinya.
“Kau ini kapan apa memiliki kekasih kalau menempel terus para Siwon, hm?”
“Aku tidak menempel padanya,” jawab Yoona tak terima.
“ckck!! Kau ini!” Sang ayah mengacak rambut Yoona. “Kau tahu tidak sulit untuk menemukan kalian berdua di kota sebesar Seoul ini. Cukup cari salah satunya saja, karena dimana ada Siwon maka disitu pula ada dirimu begitupun sebaliknya bukan?”
Yoona yang sudah kebal dengan ucapan berulang yang sama hanya mendengkus kesal.
“Kau masih ingat bukan istilah yang menyebut tidak ada pria dan wanita yang berteman kecuali ada salah satunya yang menaruh rasa?” Ayah Yoona meninggalkan sang putri yang kini diam mematung.
Ucapan pria yang menjadi cinta pertamanya itu memang tidak salah, karena dalam posisi ini dirinyalah yang menaruh perasaan lebih kepada Siwon.
***
Seminggu ini mereka berdua tidak saling bertemu karena Siwon yang sedang mengurus proyek pembangunan hotel di Jeju. Yoona juga mulai mengurai intesitas komunikasinya dengan Siwon. Ia hanya sesekali saja membalas pesan atau menjawab teleponnya. Semua ia lakukan dengan ia yang sudah mulai memikirkan jam biologisnya sebagai wanita. Usianya sudah memasuki kepala tiga, ia butuh seorang kekasih yang mau ia seret ke depan altar dan ia ingin memiliki anak sebelum jam biologisnya benar-benar habis.
“Kenapa tidak diangkat?” tanya editor ynag menjadi cubicle matenya, Seo Joo Hyun. “sedang bertengkar dengar kekasihmu?” tanyannya lagi begitu Yoona hanya diam dan mengangguk bahunya cuek dengan pertanyaan pertamanya.
“Dia hanya temanku.”jawab Yoona tanpa menatap Joo Hyun.
“Ya ya ya. Teman yang selalu makan siang bersama, menjemput pulang dan mencium pipi. Begitukah?” nada sindiran yang dikeluarkan Joo Hyun tak ditanggapi Yoona. Selain karena ia sedang sibuk mengedit artikel soal life style yang dilimpahkan kepadanya tapi juga terlalu malas meladeni sindiran yang selalu sama dan senada itu.
Tak hanya Joo Hyun dan ayahnya saja, bahkan orang tua Siwon pun selalu menganggap mereka adalah sepasang kekasih. Sepasang kekasih? Im Yoona hanya bisa mengamini dalam hati meski dalam bibir ia membantahnya. Pun Siwon yang selalu membantah keras akan status menjalin kasih yang disasarkan kepada mereka dan Siwon dengan keras akan membantahnya, terutama dari gadis-gadis yang Siwon kenalkan pada Yoona sebagai gadis yang sedang didekatinya.
Bantahan keras yag selalu membuat hati Yoona teriris dan hancur. Bantahan yang membuat Yoona bertekad untuk move on meski selalu gagal sebelum niatan itu benar-benar ia lakukan, namun ia yakin idak kali ini. Jam biologisnya sudah melambai-lambai hampir mengucapkan salam perpisahan dan ia tidak boleh telat.
***
Tepat dihari ke sembilan Siwon pulang dari Jeju. Bukan rumah apalagi kantornya yang ia tuju melainkan loby kantor Yoona. Siwon jelas merasa Yoona menjauhinya terlebih lagi sudah seharian kemarin wanita itu tak menjawab panggilan maupun pesannya.  Siwon berjalan cepat menghampiri Yoona yang baru saja keluar dari lift.
“Ohh!! Kapan kau pulang?” tanya Yoona kaget. Saat Siwon memeluknya dengan cepat juga memberikannya ciuman di pipi kanan-kirinya.
Siwon tak menjawab dan justru menarik tangan Yoona untuk mengikutinya melangkahke mobil. “Mau kemana sebenarnya? Bisa lepaskan tanganku dulu?” Siwon tak mengidahkan protes Yoona.
“Mau kemana?” tanya Yoona lagi sebitu Siwon duduk di kursi kemudi dan memasang seat belt untuk dirinya sendiri.
“Kenapa tak menjawab panggilan dan pesanku?” tanya Siwon dengan kesal setelah mereka duduk di sudut kedai kopi langganan mereka.
“Ponselku rusak. Jatuh di kantor kemarin. Belum sempat diperbaiki.” Jawab Yoona dengan malas. Ia memang menyukai Siwon, tapi ditarik dan dipaksa seperti tadi tentu saja a tak terima.
Siwon yang baru mau mengucapkan kekesalnnya langsung mengerutkan ening begitu mendengar suara dering ponsel yang familiar dari dalam tas Yoona. “Kau bilang rusak?” sindir Siwon saat Yoona mengambil ponsel yang sebenarnya baik-baik saja dan menjawab panggilan dari salah satu rekan senior editor di kantornya yang sejak lama menaruh perhatian lebih padanya. Bukankah lebih baik bersama orang yang mencintai kita sepenuh hati daripada menggantungkan hidup bersama orang yang tidak pernah meihat hidup kita? Dan Im Yoona sedang mencoba menerapkan hal itu sekarang, dengan mencoba menjalin kedekatan dengan seniornya.
“Aku? Aku sudah pulang dijemput temanku.”
“.....”
“Iya, tentu saja kau boleh menjemputku besok pagi.”
“.......”
“Ya, tentu saja. Jangan lewatkan makan malammu juga. Ya, hati-hati dijalan.”
“.....”
“Hm, sampai bertemu besok pagi sunbaenim.”
Yoona memasukan lagi ponselnya kedalam tas tangannya.
“siapa?” tanya Siwon dengan kesal. Yoona membohonginya dan kini wanita dihadapannya menjawab dengan suara lembut yang jarang sekali dikeluarkannya kecuali ia merengek meminta sesuatu padanya atau pada ayahnya. Dan Siwon tidak suka mendengar Yoona berbicara seperti itu kepada orang lain. Ia tidak suka!
“Sunbaenim di kantor.” Jawab Yoona masih setengah kesal dengan aksi pemaksaan Siwon lagi. Ia menyesap coffe latte yang baru diantarkan pelayan ke meja mereka. Hangat dan manis dari kopi itu membuatnya sedikit relax.
“Pria?”
Yoona mengangguk.
Siwon yang tak suka langsung menyambar tas tangan Yoona mengelurkan ponsel Yoona. Dan karena sidik jarinya sudah didaftarkan keponsel maka Siwon dengan mudah bisa membuka kunci ponsel dan melihat riwayat penggilan lalu memblokir nomor itu sebelum dihapusnya dari kontak telepon Yoona. Yoona yang melihatnya hanya bisa diam dan mendengus kesal. Bukan sekali saja Siwon bertindak seperti sekarang, dia juga pernah melakukannya pada teman satu kelas Yoona saat masih kuliah dulu.
“Aku tidak suka dengannya. Jadi kuhapus,” ucap Siwon cuek. Ia mengembalikan ponsel Yoona ke tempatnya lagi.
“menyebalkan sekali!!” cibir Yoona kesal. Tapi ia tak perlu cemah toh ia masih di kantor yang sama dengan sunbaenimnya tak akan sulit untuk meminta nomornya lagi hanya cukup membuat alasan yang cukup masuk akal saja nanti, pikir Yoona.
“Jangan berpikir untuk meminta nomornya lagi!” ancam Siwon yang dapat menebak isi pikiran Yoona dengan tepat. “Aku kusita ponselmu!”
Yoona dengan cepat menjauhkan tas tangannya dari jangkauan Siwon. “Enak saja!! Inikan ponselku sendiri!”
“Lagipula untuk apa nomornya? Tidak penting sekali!” Yoona mendelik mendengar nada ketus Siwon. Bagaimana mungkin pria yang sedang ia prospect sebagai calon kekasihnya disebut tidak penting? Memang dasar ChOI Siwon menyebalkan!
“Dia sedang pendekatan dengaku!”
“Tidak boleh!” jawab Siwon galak. Bahkan kini tas tangan yang Yoona lindungi sudah berada di tangan Siwon. Siwon lalu mengeluarkan ponsel Yoona dan menyimpannya di saku celanannya. “Tidak ada pendekatan -pendekatan seperti itu! Berhenti membuatku marah, Im Yoona!”
“Aku tak mungkin langsung menyeretnya ke altar tanpa pendekatan bukan?” Yoona berdecak kesal. “Aku sedang dekat dengannya. Dia baik dan sudah pegawai tetap. Calon yang bagus untuk dijadikan suami bukan?” tanya Yoona lagi. “Jadi kembalikan ponselku!”
“Siapa yang mau kau jadikan suami, hah?” Siwon menggebra meja dihadapannya hingga membuat mata beberapa pengunjung melirik kearahnya. Begitupun dengan pelayan yang tampak takut-takut hendak menegur kelakuan Siwon yang bisa saja merusak properti kedai ini yang terbuat dari kayu import. “Kau tidak boleh menikah dengannya!”
“lalu aku menikah dengan siapa?” teriak Yoona tak kalah kencang dan penuh emosi.
“Tentu saja dengaku!! Kau hanya boleh menikah dengaku tidak boleh dengan yang lain! Dan kau hanya boleh mengeluarkan nada manja kepadaku tidak dengan yang lain!” jawab Siwon dengan suara menandingi Yoona.
Ya, Siwon memang sudah sejak lama menyukai Yoona. Gadis yang diceritakannya ataupun dibawanya kedepan Yoona sejujurnya hanyalah pancingan agar Yoona cemburu dan membalas perasaannya. Namun gadis itu justru tanpak biasa saja dan itu membuat Siwon frustasi. Begitupun dengan pria-pria yang selama ini mendekati Yoona, ingin rasanya Siwon mematahkan leher mereka karena berani mendekati gadisnya ini.
“Jadi mau tidak menjadi mempelaiku?” tanya Siwon tanpa menurunkan intonasi suaranya.
Yoona yang diam karena kaget, hanya mampu mengangguk pelan. Ia belum seratus persen bisa menerima fakta beserta ajakan menikah yang baru saja dilontarkan Siwon tadi.
Bagi Siwon Yoona memang just a friend to you seperti yang sering dilontarkannya. Hanya saja makna sebenarnya dari kata hanya teman untuknya itu adalah sebagai teman hidupnya. Teman hidup yang akan menemaninya hingga tua nanti.

END

Kece kali ya kalau dibikin ff berseri? :)