Saturday, December 23, 2017

Love At First Sight [ONESHOOT]

Love At First Sight
by : @tifrahita21
*
*
PLAY : Super Junior — Love at First Sight
Happy Reading~




Gadis yang sama, si cantik berbingkai kacamata bacanya. Gadis yang selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan lebih banyak daripada kantik seperti gadis lainnya. Dia Im Yoona, mahasiswa tingkat akhir Sastra Inggris. Dua tingkat dibawahku. Aku mengenalnya dihari pertama masa orientasinya dulu saat aku menjadi salah satu anggota dewan.
Im Yoona..
Im Yoona..
Im Yoona..
Gadis pendiam yang sangat sulit kudekati. Bukan maksudku menganggap gadis lainnya gampangan hanya saja Im Yoona ini terlalu berbeda menurutku. Meski aku sangat sadar banyak mahasiswa pria yang mencoba mendekatinya nyatanya dia lebih suka berkencan dengan karya Jane Austin dan Charles Dicknes di pojok perpustakaan.
"Hai," sapaku padanya. "Boleh aku duduk? Semua meja sudah penuh," lanjutku.
Dia lantas memutar matanya memindai isi perpustakaan sebelum mengangguk, "hm, duduklah."
Hanya itu.
Kalimat pertama dan perdana kami saat aku menyapanya di perpustakaan setelah setengah tahun aku mengamatinya diam-diam. Bahkan aku sebenarnya tak tahu mau belajar apa disana hanya saja melihat begitu penuhnya ruangan ini dan bangku disebelahnya kosong aku menyambar asal buku dari rak. Dan duduk disebelahnya sambil menatapnya diam-diam yang sedang fokus dengan buku tebalnya
Oh, Im Yoona shi?” tanyaku pura-pura kaget saat menghampirinya yang sedang duduk di depan mini market tak jauh dari tempat tinggalnya. -Ah aku juga menguntitnya hingga tahu rumahnya dan rutinitasnya-
Dia mengangguk canggung, “ah anyeonghaseyo sunbaenim,” sapanya dan melanjutkan memakan ramennya.
“Tinggal di dekat sini?”
Yoona mengangguk dengan pipi menggelembungnya, efek melahap ramen dalam porsi besarnya yang dapat kulihat bahwa ia risih dengan keberadaannya. Tapi tak apalah dia risih, batinku.
“Boleh aku minta nomor ponselmu?” tanyaku spontan dan sedetik selanjutnya aku sadar aku kelepasan hingga membuat dia menatapku dengan mata rusanya yang menunjukan ketidak nyamanannya akan aku dan pertanyaanku sepertinya.
“Maaf aku duluan, sunbaenim.”
Dia bahkan tak menghabiskan ramennya yang masih tersisa sedikit dan membuangnya ke tempat sampah sebelum menunduk dan berlalu dari depanku secepat aku datang menyapannya tadi.

Jika tidak salah itu adalah kejadian 2 tahun lalu sepertinya dan sejak hari ini entah mengapa aku merasakan bahwa dia semakin menjauhiku, meski kenyataannya kami memang tak saling akrab sebelumnya. Tapi disetiap pertemuan tak sengaja atau yang kusengaja dia selalu menghindariku entah dengan berjalan berbalik arah, membuang muka atau sibuk dengan teman disebelahnya.

"Sendiri?" 
Im Yoona langsung terlonjak saat aku tiba-tiba duduk disebelahnya. Dia mengangguk canggung dan kembali fokus dengan ponselnya.

"Mau menemaniku ke kedai kopi depan? Kutraktir kau teh hijau kesukaanmu," tanyaku lagi. Dia menatapku dengan tatapan risih yang biasanya ia pakai sebelum menggeleng.

"Maaf aku ada kelas." Dia lantas memasukan bukanya kedalam tas dan pergi meninggalkanku begitu saja.

Memelahkan bukan mendapatkan perhatian Im Yoona itu. Tapi tak sampai disitu aku menyerah, aku tetap melancarkan aksiku. Sampai akhirnya tepat hari ini, seharo sebelum aku wisuda aku mencoba peruntungan lagi, yang kuputuskan menjadi yang terakhir sebelum aku benar-benar tak bisa melihatnya lagi.

Sore ini tanpa sengaja aku melihat Yoona masuk ke kedai kopi yang langsung kuikuti masuk dan berdiri dibelakangnya.

"Satu caffè latte dan segelas americano," sambarku cepat saat antrian sampai pada Yoona. Dia  tentu saja kaget dengan aksiku, namun akhirnya dia diam saja dan berjalan ke twmpat duduk kosong menunggu pesanannya.

"Ini caffe latte untukmu. Yang manis seperti dirimu," kataku menggodanya dengan mengangsurkan gelas kepadanya. Dia diam dan menerimanya.

Pekat americano yang biasa bisa membuat otakku segar ternyata tak berlaku hari ini. Alasannya mungkin karena gadis didepanku terlalu manis untukku bisa merasakan pahit americano.

"Im Yoona shi," panggilku memecah keheningan.

Dia mengangkat kepalanya dan menunduk lagi, "kenapa?" Cicitnya pelan.

Aku tersenyum, ini sepertinya pertama kalinya dia mau meresponku tanpa tatapan risihnya. Mungkin efek sudah terlalu malas atau apalah itu aku juga tak paham intinya dia mau meresponku saja aku sudah sangat bersyukur.

"Namaku Choi Siwon," ucapku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. Dia menatapku sekilas sebelum membalas uluran tanganku dengan singkat.

"Aku menyukaimu," ucapku lagi tanpa pikir panjang. Dan dia kini melebarkan mata rusanya menatapku.

"Kau apa?"

"Aku menyukaimu sejak dulu. Ah tak perlu menjawabnya. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja," kataku menjelaskan sambil menggaruk tengkukju yang mendadak gatal.

"Tap.. Tap.."

"Aish sudahlah. Tak perlu menjawabnya Im Yoona shi. Aku hanya mau mengutarakannya saja, tak perlu kau tolak aku sudah tahu kau akan menolakku," potongku cepat. Karena sebenarnya aku pun tak sanggup jika penolakan akan kudengar dari bibirnya.

Bagiku cukup dia tahu tanpa memgatakan apapun lebih baik daripada penolakan yang akan kukenanang sepanjang sepanjang hidup.

"Jangan pikirkan soal penyataanku barusan ya," kekehku masih sambil menggaruk tengkuk. "Anggap saja aku sedang berkicau tak penting."

"Hmm, kalau begitu nikmati caffe lattemu Im Yoona shi." Aku lantas berdiri menepuk bahunya sekali sebelum berjalan pergi.

Meninggalkan cintaku yang baru tertolak.

"Siwon shi!!" Panggilan itu membuatku berhenti melangkah. Dan menunggu gadis yang tak lain adalah Yoona berjalan cepat kearahku.

"Ken.."

"Aku juga menyukaimu."

Ini halusinasi atau apa ya? Aku memukul kepalaku sendiri berkali-kali hingga sebuah tangan lembut menghentikannya.

"Aku juga menyukaimu," ucap Yoona lagi kini lebih keras dan jelas yang menbuatku diam dan terpaku kaget.

"Ka.. Kau kau menyukaiku?" tanyaku memastikan.

Dan Im Yoona gadis pujaanku selama hampir 3 tahun ini mengangguk sambil tersenyum malu kepadaku.

"Benar? Kau menyukaiku?" tanyaku lagi memastikan.

Dia mengangguk lagi, kini sambil menatapku dengan tatapan malunya.

Dan tanpa berpikir dua kali lagi aku langsung merengkuh gadis yang ternyata menyukaiku juga dan mengucap kalimat terima kasih padanya.

Terima kasih bahwa rasaku ternyata diam-diam terbalas. Terima kasih juga menungguku sampai aku berani mengucapkannya langsung. Terima kasih karena dia mau kupeluk.


END

1 Comments:

At December 23, 2017 at 5:07 AM , Blogger Yoong said...

Aduhhh manissnyaaa aku butuh sequel hahaha
Bagusss kalau bisa dipanjangkan dikit lagi yaa
Fightingg

 

Post a Comment

Leave your coment, guys :)

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home