Memories [ONESHOOT]
Memories [ONESHOOT]
By : @tifrahita21
*
*
Inspired : Memories – Super Junior
Happy Reading
Yoona mengusap air matanya yang tak berhenti turun sejak sejam lalu.
Berapa banyakpun kata motivasi yang di dengar telingannya tak mampu
menghentikan laju air matanya. Jangankan kata motivasi dari orang lain, bahkan
kata motivasi yang tak henti dirapalkan oleh dirinya sendiri pun tak bisa
menghentikannya.
“Oppa..” suara sengau yang
keluar dari bibirnya bahkan membuat beberapa orang yang mendengarnya ikut
merasakan kesedihan besar yang sedang bercokol pada diri seorang Im Yoona.
“Kenapa kau tak bangun? Aku tak
akan marah lagi,” lirih Yoona meremas jemari pria yang betah menutup matanya.
“Kau belum mengajakku ke Disney Land bukan? Kau sudah berjanji.”
Entah berapa lama Yoona merancau
hingga akhirnya ia kelelahan dan membaringkan kepalanya di ranjang dimana
prinya sedang berbaring dengan nyaman. Seolah ia tenang disana tanpa mau
kembali menatap dunia ini.
“Pulang setelah ini?” tanya Siwon begitu mereka turun dari wahana
roller coster yang sukses membuat beberapa orang mual dan pusing. Yoona
menggeleng, tak setuju. “Kita naik sekali lagi ya?” dan tanpa menunggu jawaban
Siwon, Yoona kembali ikut antrian pengunjung yang akan naik ke roller coster.
Bukannya
Siwon takut atau merasa pusing hanya saja ia merasa sedikit malu kepada penjaga
di stand ini karena ini sudah ke empat kalinya mereka naik di wahana ini dalam
kurun waktu kurang dari satu jam.
“Aku
pusing, Yoong.” Siwon menahan lengan Yoona sambil membuat suaranya terdengar
lemah untuk membuat Yoona percaya dengan ucapannya.
“Jinjja?”
Siwon tanpa menungu lama langsung mengangguk penuh semangat yang membuat Yoona
meliriknya dengan skeptis. “Ckck!! Mencoba membohongiku hum?” meski
mengeluarkan cibiran seperti itu nyatanya Yoona tetap menggandeng Siwon keluar
dari barisan antrian dan duduk di bangku yang disediakan.
“Ck!
Penakut!” Siwon tersenyum mendengar cibiran yang keluar dari bibir Yoona. “4
ali sudah cukup, Yoong.”
Dan hari itu menjadi kencan
keempat mereka setelah resmi berpacaran, keempat sekaligus kencan terakhir
sejak 2 bulan lalu. 2 bulan yang penuh tangis pilu, jerit kesakitan Yoona.
Badannya memang tidak terluka hanya saja hatinya terus mengucurkan darah
kesakitan melihat sang kekasih yang terbaring dengan berbagai alat medis yang
menunjang kehidupannya.
Setelah puas mencoba beragam wahana permainan Siwon dan Yoona berjalan
bersisihan menuju tempat parkir. “Kenapa parkirnya jauh sekali.”
“Mau
kugendong, halmonie?”
Yoona
berhenti berjalan, memutar badannya menyamping menatap Siwon denga kesal.
“Tidak perlu!” Yoona berdecak dan berjalan meninggalkan Siwon yang masih
memegangi perutnya yang sakit karena tawanya. Yoona membalikan badannya kembali
menatap Siwon dan berteriak kencang hingga beberapa orang menolehkan kepala
mereka kearahnya. “Berhenti tertawa, Choi Siwon!!”
Masih
dengan sisa tawanya Siwon berjalan menyusul Yoona yang sudah berjalan ke
parkiran. Siwon tak sadar saat sebuah mobil melaju kencang disisi kirinya, yang
ia tahu sedetik kemudian hanya bunyi deritan ban dengan aspal merasuki kepalnya
sebelum kegelapan menelannya. Yoona yang mendengar bunyi kencang dibelakangnya
langsung memutar badannya dan berlari mendekati kerumunan orang yang bersautan
menggumankan kata ambulance dan kecelakan.
Yoona terbangun dari tidurnya dengan air mata yang mengiringinya,
seiring dengan ingatan hari dimana kecelakan Siwon membuat Siwonnya harus
berbaring seperti saat ini.
“Oppa,Tidak bisakah kau mendengar suaraku? Aku sudah berteriak memanggilmu, apa kau tidak mendengarnya?” guman Yoona menggeggam tangan Siwon dan
mengecupinya dengan air mata yang tak henti turun. “Kau bilang kau mencintaiku
bukan? Kenapa kau tega tidur terus seperti ini?”
Kedua orang tua Siwon yang
berdiri dibalik pintu rawat Siwon hanya bisa diam dan ikut menangis melihat
Yoona yang tak pernah berajak dari sisi putra mereka. Im Yoona yang mereka tak
restui nyatanya benar-benar memiliki hati setulus itu hingga membuat mereka
merasa bersalah pernah menghalangi hubungan keduanya.
“Mianhae, Yoona-ya,” guman Nyonya Choi terendam dada suaminya yang
memeluk bahunya. “Mianhae, Yoona-ya,” bisiknya sekali lagi.
***
Di hari ke 121 pasca kejadian, Siwon masih belum berajak bangun juga
dari tidurnya. Pria muda itu masih betah dalam tidurnya meski luka fisiknya
sudah sembuh. Namun akibat benturan kepalanya yang lumayan kencang hingga
membuat syaraf di kepalanya terganggu dan menyebabkan ia koma. Koma yang
berubah status menjadi mati otak karena ternyata kerasnya benturan itu lebih
dari sekedar mengenai syaraf penting dan membuat dokter menyatakan bahwa
Siwonmati otak sejak hari ke 25nya.
Meski jantungnya
masih berdetak nyatanya sejak hari itu dokter sudah beberapa kali menawarkan
jalan agar melepas Siwon. Melepas dalam artian mengiklaskannya. Yang langsung
ditolak mentah-mentah Yoona, ia bahkan bersedia membayar semua perawatan Siwon
yang kini hidupnya hanya bergantung pada alat-alat medis ditubuhnya jika orang
tua Siwon mengikuti saran dokter. Tak perduli malu apalagi harga diri, Yoona bahkan
bersimpuh dikaki kedua orang tua Siwon agar tetap sabar menunggu.
Yoona bahkan rela pindah dan tidur dirumah sakit demi menjaga Siwon,
tak hanya itu ia pun rela mengambil cuti kuliahnya yang sudah memasuki semester
6. Keteguhan dan semangat Yoona kemudianlah yang menjadi penyemangat bagi orang
tua Siwon tetap mempertahankan satu-satunya putra mereka.
“Aku memanggil
namamu setiap malam, apa kau tak
mendengarnya?” tanya Yoona.
“Apa kau masih ingat waktu kau menari didepan mobil yang kau kira itu
mobilku?” menghela napasnya pelan, Yoona kembali meneruskan ceritanya. “Kau
bahkan tak mau lagi ke taman itu bukan? Padahal bisa saja orang yang dimobil
itu mengenalimu, lagipula itu sudah sangat lama.”
“Ck, dasar sok tampan! Berhentilah bertingkah seolah-olah semua orang
terpesona padamu, Choi Siwon!” Yoona mencibir Siwon yang tetap diam
diposisinya. Cibiran yang hanya dibalas oleh bunyi dari alat-alat medis dan
suara halus dari detak jam dinding. Kegiatan yang sama, dimana ia akan
menceritakan kenangan-kenangan mereka entah yang menyenangkan, menyedihkan
hingga memalukan sekalipun. Cerita yag akan selalu berakhir dengan tangisan
pilunya.
Tangis kerinduannya pada sosok Siwon. Tangis kesedihannya yang egois
dengan membiarkan Siwon tersiksa dengan alat-alat penunjang hidupnya. Lalu
pertanyaan yang samapun akan menghampirinya “haruskah aku melepasmu, Oppa?”.
Namun tidak malam ini, Yoona malam ini tidak tidur karena kelelahan
menangis. Malam ini ia tidur dengan senyum damainya, senyum yang muncul karena
ingatan akan kilasan berbagai moment bahagia kebersamaannya dengan Siwon juga
karena keputusan yang akhirnya mampu ia ambil. Keputusannya untuk mengikuti
saran dokter. Ia akan ikhlas melepas Siwon, ia kan membiarkan Siwon bahagia dan
terlepas dari sakitnya.
“Kau suka bunganya, Yoong?”
tanya Siwon saat Yoona tengah menatap penuh kagum pada bunga mawar yang terawat
rapi di kebun belakang rumah Siwon. Yoona mengangguk, Hm, cantik sekali.”
Siwon hanya
menyilangkan tangannya di depan dada memperhatikan Yoona yang kini berjalan
menghampiri mawar yang sejak tadi dikaguminya. “Boleh?”
“Hm, ambillah.
Eomma tak akan tahu jika mawarnya hilang satu.”
Mendengar itu Yoona
lalu memetik mawar itu dengan gunting tanaman yang berada tak jauh dari pot-pot
itu berada. “AKH!!! AISHH! Sakit sekali!”
“Kenapa tidak
berhati-hati?” gerutu Siwon melihat jari telunjuk Yoona yang mengeluarkan darah
karena tertusuk duri mawar yang dipetiknya tadi. Ia lalu mendudukan Yoona di
kursi taman dan berlari ke dalam rumah untuk mengambil kotak P3K.
“Ceroboh sekali.”
Siwon mulai membersihkan luka Yoona meniupnya sebentar sebelum membalutnya
dengan plaster luka. “Untung tidak terlalu dalam,” kata Siwon. Ia membereskan
alat kotak P3Knya.
“Kenapa kalau
dalam? Itu hanya duri saja oppa. Tidak akan membunuhku?” cibir Yoona yang kesal
mendengar Siwon tak tak berhenti menceramahinya saat membersihkan lukannya.
“Aku tak suka
melihat kau terluka.”
“Hah?”
“Aku tak suka
melihat kau terluka, Yoong. Jadi jangan sakiti dirimu sendiri seperti tadi. Kau
ingat?” Yoona mengangguk dan memluk Siwon.
“Terima kasih.”
“Untuk?”
“Mengkhawatirkanku
seperti ini. Yoona mengecup bibir Siwon sekilas sebelum memeluknya lagi. “Jadi
Oppa jangan pernah meninggalkanku jika tidak mau aku terluka. Mengerti?” tanya
Yoona.
Siwon mengangguk
tak bersuara. Dan justru memeluk Yoona dengan erat seolah berkata lebah
gerakannya bahwa ia tidak akan pernah pergi meninggalkan Yoona dan akan selalu
melindungi gadis dipelukannya ini.
Yoona bangun dari mimpinya. Mimpi yang selalu saja berisi kenangannya
bersama dengan Siwon. Mimpi yang kali ini bagi Yoona seperti petunjuk bagi
keputusan yang akan diambilnya. Siwon tidak mau ia terluka, namun ia tentu
lebih tak mau Siwon tersiksa lagi jika harus tetap menggantungkan hidup dengan
segala peralatan medisnya. Yoona bertekad tak akan egois kali ini, ia tidak
boleh tetap membiarkan Siwon kesakitan.
Yoona lalu beranjak dari kursi tunggu yang menjadi tempatnya tidur
selama ini menuju kamar mandi. Ia butuh menyegarkan kepalnya untuk membicarakan
keputusannya ini bersama orang tua Siwon juga para dokter yang menanganinya.
Yang Yoona tak sadari bahwa sesaat setelha dia melepas tangan Siwon, tangan yag
selama ini diam ditempat tampak menggerakan jari-jarinya.
Yoona keluar kamar mandi dengan wajah lebih segar dan pakaian yang
baru saja ia ganti karena bahas dengan keringat akibat mimpinya tadi. Yoona
berjalan menuju koper yang selama ini dibawakan oleh ayahnya setiap berkunjung
kemari untuk mengambil sweater berhenti dimelangkah begitu menyadari ada gerak
samar dari ranjang Siwon. Yoona membelaakan matanya begitu tatapan kagetnya
dibalas oleh tatapan dari mata teduh yang selama ini selalu tertutup.
“Oppa!!”
***
Pagi itu menjadi awal baru bagi Yoona, awal dimana bahwa harapannya
kembali datang dan menemani hari-harinya. Siwon-nya bangun. Bangun dan
menatapnya. Koma dalam kurun waktu lamayan lama itu membuat Siwon rutin
menjalani berbagai macam terapi juga pemeriksaan lanjutan. Meski begitu Yoona
tetap setia disampingnya, menemaninya.
Tuhan memberikan jalan lain baginya ternyata, saat ia hampir menyerah
dan berpasrah akan hidup kekasihnya Tuhan justru membangunkan Siwon dari
tidurnya. Rasa syukur tak hentinya Yoona ucapkan.
“Hobby sekali melamun,” tegur Siwon saat ia dan Yoona tengah berada di
taman rumah sakit. Siwon duduk di kursi roda dan Yoona di kursi taman. “Sedih
lagi?”
Yoona menggeleng, meski ia mengusap matanya yang sudah memerah.
“Tidak.”
“Aku sudah baik-baik saja, Yoong. Aku disini.” Siwon meraih tangan
Yoona dan menggenggamnya, mengusap punggung tangan Yoona agar tenang. “Maafkan
aku membuatmu menangis, Yoong.”
“Aku akan terus menemanimu,” bisik Siwon.
Yoona berdiri dan memeluk Siwon, meredam tangisnya yang kini keluar di
ceruk leher Siwon. Sementara Siwon mengusap punggung Yoona penuh sayang dan tak
henti membisikan berbagai kata sayang yang membuat Yoona yakin bahwa dirinya
sudah baik-baik saja.
END
0 Comments:
Post a Comment
Leave your coment, guys :)
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home