Wednesday, January 31, 2018

Memories [ONESHOOT]



Memories [ONESHOOT]
By : @tifrahita21
*
*
Inspired : Memories – Super Junior
Happy Reading



                Yoona mengusap air matanya yang tak berhenti turun sejak sejam lalu. Berapa banyakpun kata motivasi yang di dengar telingannya tak mampu menghentikan laju air matanya. Jangankan kata motivasi dari orang lain, bahkan kata motivasi yang tak henti dirapalkan oleh dirinya sendiri pun tak bisa menghentikannya.
                “Oppa..” suara sengau yang keluar dari bibirnya bahkan membuat beberapa orang yang mendengarnya ikut merasakan kesedihan besar yang sedang bercokol pada diri seorang Im Yoona.   
                “Kenapa kau tak bangun? Aku tak akan marah lagi,” lirih Yoona meremas jemari pria yang betah menutup matanya. “Kau belum mengajakku ke Disney Land bukan? Kau sudah berjanji.”
                Entah berapa lama Yoona merancau hingga akhirnya ia kelelahan dan membaringkan kepalanya di ranjang dimana prinya sedang berbaring dengan nyaman. Seolah ia tenang disana tanpa mau kembali menatap dunia ini.
                “Pulang setelah ini?” tanya Siwon begitu mereka turun dari wahana roller coster yang sukses membuat beberapa orang mual dan pusing. Yoona menggeleng, tak setuju. “Kita naik sekali lagi ya?” dan tanpa menunggu jawaban Siwon, Yoona kembali ikut antrian pengunjung yang akan naik ke roller coster.
                Bukannya Siwon takut atau merasa pusing hanya saja ia merasa sedikit malu kepada penjaga di stand ini karena ini sudah ke empat kalinya mereka naik di wahana ini dalam kurun waktu kurang dari satu jam.
                “Aku pusing, Yoong.” Siwon menahan lengan Yoona sambil membuat suaranya terdengar lemah untuk membuat Yoona percaya dengan ucapannya.
                “Jinjja?” Siwon tanpa menungu lama langsung mengangguk penuh semangat yang membuat Yoona meliriknya dengan skeptis. “Ckck!! Mencoba membohongiku hum?” meski mengeluarkan cibiran seperti itu nyatanya Yoona tetap menggandeng Siwon keluar dari barisan antrian dan duduk di bangku yang disediakan.
                “Ck! Penakut!” Siwon tersenyum mendengar cibiran yang keluar dari bibir Yoona. “4 ali sudah cukup, Yoong.”
                Dan hari itu menjadi kencan keempat mereka setelah resmi berpacaran, keempat sekaligus kencan terakhir sejak 2 bulan lalu. 2 bulan yang penuh tangis pilu, jerit kesakitan Yoona. Badannya memang tidak terluka hanya saja hatinya terus mengucurkan darah kesakitan melihat sang kekasih yang terbaring dengan berbagai alat medis yang menunjang kehidupannya.
                Setelah puas mencoba beragam wahana permainan Siwon dan Yoona berjalan bersisihan menuju tempat parkir. “Kenapa parkirnya jauh sekali.”
                “Mau kugendong, halmonie?”
                Yoona berhenti berjalan, memutar badannya menyamping menatap Siwon denga kesal. “Tidak perlu!” Yoona berdecak dan berjalan meninggalkan Siwon yang masih memegangi perutnya yang sakit karena tawanya. Yoona membalikan badannya kembali menatap Siwon dan berteriak kencang hingga beberapa orang menolehkan kepala mereka kearahnya. “Berhenti tertawa, Choi Siwon!!”
                Masih dengan sisa tawanya Siwon berjalan menyusul Yoona yang sudah berjalan ke parkiran. Siwon tak sadar saat sebuah mobil melaju kencang disisi kirinya, yang ia tahu sedetik kemudian hanya bunyi deritan ban dengan aspal merasuki kepalnya sebelum kegelapan menelannya. Yoona yang mendengar bunyi kencang dibelakangnya langsung memutar badannya dan berlari mendekati kerumunan orang yang bersautan menggumankan kata ambulance dan kecelakan.
                Yoona terbangun dari tidurnya dengan air mata yang mengiringinya, seiring dengan ingatan hari dimana kecelakan Siwon membuat Siwonnya harus berbaring seperti saat ini.
                “Oppa,Tidak bisakah kau mendengar suaraku? Aku sudah berteriak memanggilmu, apa kau tidak mendengarnya?” guman Yoona menggeggam tangan Siwon dan mengecupinya dengan air mata yang tak henti turun. “Kau bilang kau mencintaiku bukan? Kenapa kau tega tidur terus seperti ini?”
                Kedua orang tua Siwon yang berdiri dibalik pintu rawat Siwon hanya bisa diam dan ikut menangis melihat Yoona yang tak pernah berajak dari sisi putra mereka. Im Yoona yang mereka tak restui nyatanya benar-benar memiliki hati setulus itu hingga membuat mereka merasa bersalah pernah menghalangi hubungan keduanya.
“Mianhae, Yoona-ya,” guman Nyonya Choi terendam dada suaminya yang memeluk bahunya. “Mianhae, Yoona-ya,” bisiknya sekali lagi.
***
Di hari ke 121 pasca kejadian, Siwon masih belum berajak bangun juga dari tidurnya. Pria muda itu masih betah dalam tidurnya meski luka fisiknya sudah sembuh. Namun akibat benturan kepalanya yang lumayan kencang hingga membuat syaraf di kepalanya terganggu dan menyebabkan ia koma. Koma yang berubah status menjadi mati otak karena ternyata kerasnya benturan itu lebih dari sekedar mengenai syaraf penting dan membuat dokter menyatakan bahwa Siwonmati otak sejak hari ke 25nya.
                Meski jantungnya masih berdetak nyatanya sejak hari itu dokter sudah beberapa kali menawarkan jalan agar melepas Siwon. Melepas dalam artian mengiklaskannya. Yang langsung ditolak mentah-mentah Yoona, ia bahkan bersedia membayar semua perawatan Siwon yang kini hidupnya hanya bergantung pada alat-alat medis ditubuhnya jika orang tua Siwon mengikuti saran dokter. Tak perduli malu apalagi harga diri, Yoona bahkan bersimpuh dikaki kedua orang tua Siwon agar tetap sabar menunggu.
Yoona bahkan rela pindah dan tidur dirumah sakit demi menjaga Siwon, tak hanya itu ia pun rela mengambil cuti kuliahnya yang sudah memasuki semester 6. Keteguhan dan semangat Yoona kemudianlah yang menjadi penyemangat bagi orang tua Siwon tetap mempertahankan satu-satunya putra mereka.
Aku memanggil namamu setiap malam, apa kau tak mendengarnya?” tanya Yoona.
“Apa kau masih ingat waktu kau menari didepan mobil yang kau kira itu mobilku?” menghela napasnya pelan, Yoona kembali meneruskan ceritanya. “Kau bahkan tak mau lagi ke taman itu bukan? Padahal bisa saja orang yang dimobil itu mengenalimu, lagipula itu sudah sangat lama.”
“Ck, dasar sok tampan! Berhentilah bertingkah seolah-olah semua orang terpesona padamu, Choi Siwon!” Yoona mencibir Siwon yang tetap diam diposisinya. Cibiran yang hanya dibalas oleh bunyi dari alat-alat medis dan suara halus dari detak jam dinding. Kegiatan yang sama, dimana ia akan menceritakan kenangan-kenangan mereka entah yang menyenangkan, menyedihkan hingga memalukan sekalipun. Cerita yag akan selalu berakhir dengan tangisan pilunya.
Tangis kerinduannya pada sosok Siwon. Tangis kesedihannya yang egois dengan membiarkan Siwon tersiksa dengan alat-alat penunjang hidupnya. Lalu pertanyaan yang samapun akan menghampirinya “haruskah aku melepasmu, Oppa?”.
Namun tidak malam ini, Yoona malam ini tidak tidur karena kelelahan menangis. Malam ini ia tidur dengan senyum damainya, senyum yang muncul karena ingatan akan kilasan berbagai moment bahagia kebersamaannya dengan Siwon juga karena keputusan yang akhirnya mampu ia ambil. Keputusannya untuk mengikuti saran dokter. Ia akan ikhlas melepas Siwon, ia kan membiarkan Siwon bahagia dan terlepas dari sakitnya.
Kau suka bunganya, Yoong?” tanya Siwon saat Yoona tengah menatap penuh kagum pada bunga mawar yang terawat rapi di kebun belakang rumah Siwon. Yoona mengangguk, Hm, cantik sekali.”
Siwon hanya menyilangkan tangannya di depan dada memperhatikan Yoona yang kini berjalan menghampiri mawar yang sejak tadi dikaguminya. “Boleh?”
“Hm, ambillah. Eomma tak akan tahu jika mawarnya hilang satu.”
Mendengar itu Yoona lalu memetik mawar itu dengan gunting tanaman yang berada tak jauh dari pot-pot itu berada. “AKH!!! AISHH! Sakit sekali!”
“Kenapa tidak berhati-hati?” gerutu Siwon melihat jari telunjuk Yoona yang mengeluarkan darah karena tertusuk duri mawar yang dipetiknya tadi. Ia lalu mendudukan Yoona di kursi taman dan berlari ke dalam rumah untuk mengambil kotak P3K.
“Ceroboh sekali.” Siwon mulai membersihkan luka Yoona meniupnya sebentar sebelum membalutnya dengan plaster luka. “Untung tidak terlalu dalam,” kata Siwon. Ia membereskan alat kotak P3Knya.
“Kenapa kalau dalam? Itu hanya duri saja oppa. Tidak akan membunuhku?” cibir Yoona yang kesal mendengar Siwon tak tak berhenti menceramahinya saat membersihkan lukannya.
“Aku tak suka melihat kau terluka.”
“Hah?”
“Aku tak suka melihat kau terluka, Yoong. Jadi jangan sakiti dirimu sendiri seperti tadi. Kau ingat?” Yoona mengangguk dan memluk Siwon.
“Terima kasih.”
“Untuk?”
“Mengkhawatirkanku seperti ini. Yoona mengecup bibir Siwon sekilas sebelum memeluknya lagi. “Jadi Oppa jangan pernah meninggalkanku jika tidak mau aku terluka. Mengerti?” tanya Yoona.
Siwon mengangguk tak bersuara. Dan justru memeluk Yoona dengan erat seolah berkata lebah gerakannya bahwa ia tidak akan pernah pergi meninggalkan Yoona dan akan selalu melindungi gadis dipelukannya ini.
Yoona bangun dari mimpinya. Mimpi yang selalu saja berisi kenangannya bersama dengan Siwon. Mimpi yang kali ini bagi Yoona seperti petunjuk bagi keputusan yang akan diambilnya. Siwon tidak mau ia terluka, namun ia tentu lebih tak mau Siwon tersiksa lagi jika harus tetap menggantungkan hidup dengan segala peralatan medisnya. Yoona bertekad tak akan egois kali ini, ia tidak boleh tetap membiarkan Siwon kesakitan.
Yoona lalu beranjak dari kursi tunggu yang menjadi tempatnya tidur selama ini menuju kamar mandi. Ia butuh menyegarkan kepalnya untuk membicarakan keputusannya ini bersama orang tua Siwon juga para dokter yang menanganinya. Yang Yoona tak sadari bahwa sesaat setelha dia melepas tangan Siwon, tangan yag selama ini diam ditempat tampak menggerakan jari-jarinya.
Yoona keluar kamar mandi dengan wajah lebih segar dan pakaian yang baru saja ia ganti karena bahas dengan keringat akibat mimpinya tadi. Yoona berjalan menuju koper yang selama ini dibawakan oleh ayahnya setiap berkunjung kemari untuk mengambil sweater berhenti dimelangkah begitu menyadari ada gerak samar dari ranjang Siwon. Yoona membelaakan matanya begitu tatapan kagetnya dibalas oleh tatapan dari mata teduh yang selama ini selalu tertutup.
“Oppa!!”
***
Pagi itu menjadi awal baru bagi Yoona, awal dimana bahwa harapannya kembali datang dan menemani hari-harinya. Siwon-nya bangun. Bangun dan menatapnya. Koma dalam kurun waktu lamayan lama itu membuat Siwon rutin menjalani berbagai macam terapi juga pemeriksaan lanjutan. Meski begitu Yoona tetap setia disampingnya, menemaninya.
Tuhan memberikan jalan lain baginya ternyata, saat ia hampir menyerah dan berpasrah akan hidup kekasihnya Tuhan justru membangunkan Siwon dari tidurnya. Rasa syukur tak hentinya Yoona ucapkan.
“Hobby sekali melamun,” tegur Siwon saat ia dan Yoona tengah berada di taman rumah sakit. Siwon duduk di kursi roda dan Yoona di kursi taman. “Sedih lagi?”
Yoona menggeleng, meski ia mengusap matanya yang sudah memerah. “Tidak.”
“Aku sudah baik-baik saja, Yoong. Aku disini.” Siwon meraih tangan Yoona dan menggenggamnya, mengusap punggung tangan Yoona agar tenang. “Maafkan aku membuatmu menangis, Yoong.”
“Aku akan terus menemanimu,” bisik Siwon.
Yoona berdiri dan memeluk Siwon, meredam tangisnya yang kini keluar di ceruk leher Siwon. Sementara Siwon mengusap punggung Yoona penuh sayang dan tak henti membisikan berbagai kata sayang yang membuat Yoona yakin bahwa dirinya sudah baik-baik saja.

END

0 Comments:

Post a Comment

Leave your coment, guys :)

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home